Drone pertanian merupakan masa depan efisiensi pertanian. Dengan drone pertanian, waktu yang dibutuhkan untuk penyemprotan lahan persawahan maupun perkebunan jadi lebih cepat dan lebih presisi. Hal ini dapat terlihat dari hasil penyemprotan berikut:
Berdasarkan laporan hasil kerja (Spray Work) di atas, dengan waktu terbang selama 2 jam sudah bisa menyelesaikan lahan seluas 6,88 Ha atau secara teori kurang lebih 3,5 Ha/Jam. Angka ini menunjukkan pengerjaan penyemprotan dengan drone jauh lebih cepat dibandingkan penyemprotan manual yang memakan waktu hingga 3 jam untuk menyelesaikan 1 Ha lahan.
Penyemprotan menggunakan drone, juga mempengaruhi perbandingan jumlah cairan dengan pestisida yang digunakan. Jika menggunakan dosis pestisida yang sama dengan penyemprotan dengan metode konvensional, dan air sebagai media pelarut yang digunakan lebih sedikit, maka tingkat kepekatan pestisida akan semakin tinggi. Dengan menggunakan drone penggunaan air sebagai pelarut pestisida mampu menghemat hingga 20% dosis untuk tiap hektarnya.
Teknologi pemetaan yang dimiliki Drone Perlindungan Tanaman didukung dengan perangkat GPS yang memadai dan peranti lunak pemetaan yang apik digunakan untuk merekam area yang akan disemprot. Hal ini akan mempengaruhi akurasi penyemprotan, kemampuan untuk melanjutkan kembali pekerjaan yang terputus pada titik penyemprotan sebelumnya, mempermudah pengguna untuk melakukan penyemprotan secara merata dan presisi.
Posisi nozzle spray yang berada di bawah motor dan baling-baling (propeller) akan menciptakan kualitas penyemprotan yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena adanya daya tekan angin ke bawah yang timbul dari propeller, membantu menggerakkan tanaman sekaligus mendorong droplet yang berukuran 1,3-2,5 mikron yang keluar dari nozzle lebih cepat sampai hingga ke pangkal batang tanaman, menjamin setiap sudut tanaman terjangkau oleh sebaran droplet pestisida.